Jumat, 25 Maret 2011

Lepas dari Lingkaran Kehomoan









Tentu tidak salah jika ada yang mengatakan Masa SMA merupakan masa yang paling indah bagi siapapun yang sempat merasakanya. Bisa dibilang, gue termasuk salah satu orang yang beruntung, karena gue sempat merasakan masa SMA.

Gue bersekolah di SMA Sukma Bangsa Lhokseumawe angkatan 2007. Karena gue pintar, gue lulus pada tahun 2010 lalu. Hahaha.

Ketika di SMA, gue memiliki beberapa orang sahabat yang menurut gue mereka selalu ada disaat gue senang maupun senang. Setiap dari mereka memiliki karakter yang berbeda-beda dengan keunikanya tersendiri.

Foto diatas tadi merupakan foto gue dan ke-lima teman gue. Gue akan mencoba mendeskripsikan mereka satu persatu mulai dari kiri.

Aldilo : Dia adalah kembaran gue yang sejak kecil kami selalu bersama. Seperti ada magnet yang begitu besar diantara kami berdua, hingga kuliah kami masi ditakdirkan untuk terus bersama . Gue harap, ketika menikah nanti kita akan memiliki pendamping masing-masing.Aminn.
             
Mirza : seorang yang tinggal di komplek yaang sama dengan gue. Dia adalah Lambang Kehomoan. Kenapa? Karena, setiap pria yang pernah berjalan dengan dia, Mereka harus bersdia di judge sebagai seorang homo. Gue sendiri pernah menjadi korbanya Mirza. Gue di judge menjadi seorang homo karena tertangkap basah sedang berduan satu motor di tengah malam yang dingin. Pengalaman yang sangat memalukan bagi gue. Tetapi, hal tersebut tidak berlangsung lama setelah seorang Bidadari cantik membebaskan gue dari kutukan keparat tersebut. Thanks GOD.

Fajar : Seorang pria besar, dengan brewok yang menelilingi mukanya. Dilihat dari luar dan bagi mereka yang belum kenal dekat, tentu Fajar dianggap sebagai sosok yang menyeramkan. Namun bagi kami yang sudah lama mengenalnya, Fajar sama sekali tidak menyeramkan. Dia bagaikan seorang anak kecil yang terjebak dalam tubuh raksaasa. Gue rasa Fajar terkena kutukan karena kerakusanya. 

Taqin : Dia adalah teman gue yang paling imutt habiss dah. Liat aja dari cara dia berfoto. Mulut condong kedepan menjadi ciri khasnya. Dari kacamata gue sih, dia melakukanya untuk menarik para waria yang sudah lama tidak mendapatkan pasangan hidup. Takin, sadarlah engkau, berpose seperti itu hanya akan membangkitkan nafsu birahi para waria aja. Gue sebagai teman lo, hanya bisa mengingatkan. Pilihan tetap ada di tangan lo, Taqin.

Panji : Dia adalah orang yang paling gila dari yang laen. Dia memilki karakter yang sangat kuat pada dirinya.
Gamapang emosian merupakan karakter yang paling kuat dimilikinya. Senjata mematikanya adalah ketika mengejek orang. Kalo udah diejek, kebanyakan korbanya positp terkena ganguan kejiwaan contohnya: Mirza. Satu hal yang pasti, gue banyak berterima kasih kepadanya yang telah memberikan ilmunya tentang bagaimana cara Menggaet cewek dalam SATU TAHUN lebih. Kalo di buat dalam bentuk buku, gue yakin buku itu bakal masuk ke museum nasional sebagai 'Buku tanpa Pembeli'. Betapa hebatnya seorang Panji.

Dan yang terakhir adalah gue sendiri. Sosok keren dan penuh Teka-teki yang tersimpan pada dirinya. Ya, Alfido nama gue. Nama yang unik, simpel dan sampai sekarang gue belum mengetahui makna nama tersebut. Gue harap ada seseorang yang akan membantu memecahkan misteri nama tersebut.

Di pagi yang cerah. Tepatnya di SMA Sukma Bangsa Lhokseumawe, gue dan ke-lima teman gue jalan menuju kelas dengan pakaian rapi. Ralat. Maksudnya ke-empat teman gue yang berpakaian rapi. Gue dan abang gue tetap berpakaian seperti orang terkena angin Topan. Sangat susah bagi gue dan abang gue dalam merapikan pakaian. Ini sih bukan salahnya ibu yang mengandung. Tetapi lebih dari kesalahan teknis pada anak yang dikandungnya.

Di Kelas dan saat pelajaran Matematika di mulai.

"Treekk",suara pintu terbuka.
Tiba-tiba muncullah sesosok bidadari yang turun dari kayangan dengan daya tarik yang begitu besar. Saat itu juga, bidadari itu sukses mengalihkan dunia dan menghentikan detak jantung gue untuk beberapa saat.
"Oh, Tuhan. Apakah ini kenyataan?", gumam gue didalam hati.

Sosok bidadari tersebut adalah Tarina. Awalnya gue tidak ada perasaan sama sekali terhadapnya. Namun, seiring berjalanya waktu perasaan gue berubah. Seperti katanya orang zaman purba dulu,'cinta datang dari mata, kemudian turun ke hati', sepertinya itu sesuai dengan apa yang gue alami saat ini.

Di luar kelas,ketika jam istirahat.

Seperti biasa, gue dan ke-5 teman gue nongkrong di kantin untuk mengisi bahan bakar perut setelah pelajaran yang menguras pikiran sebelumnya. Tunggu dulu. Kali ini cuman gue dan ke-4 teman gue yang berkumpul. Saat itu Panji yang sudah memiliki pacar memutuskan untuk menghabiskan sisa waktu istirahatnya berduaan dengan pacarnya. Gue curiga, sang pacar pernah memberikan doktrin berupa "Ji, kamu gak usa sering-sering gabung sama mereka ya. Mereka tu kan HOMO KELAS HIU."

Di saat asik ngbrol dengan mereka. Gue mulai berpikir ada sesuatu hal yang ganjl antara gue dan ke-4 teman gue ini. Apa itu? Ya, Pacar. Gue dan ke-4 teman gue belum pernah merasakan yang namanya pacaran dari waktu gue masi ganteng sampai gue tetap masi ganteng. Padahal sekarang gue duduk kelas 3 SMA. Bisa-bisa gue jadi bujang lapuk di kandang lembu.

Sadar umur tidak panjang. Gue Mencoba lari dari lingkaran Kehomoan. Gue pun bertekad untuk segera mendapat pacar sebelum tamat nanti. Dan sasaran gue tidak lain tidak bukan adalah cewek yang bernama Tarina.
Namun satu hal yang menjadi permasalahan gue saat itu, Tarina merupakan cewek yang sudah ditaksir duluan oleh teman gue yang bernama ADI (ini merupakan nama samaran untuk melindungi identitas diri orang tersebut).

Ketika di rumah, Gue terus memikiran seorang Tarina . Walaupun gue tau, gue harus bersaing dengan Adi. Tetapi karena gue uda suka bangat sama Tarina, gue pun siap mempertaruhkan jiwa-raga kambing-guleng cicak-tawon dan lain sebagainya untuk satu tujuan mulia, yaitu mendapatkan hati dan cinta Tarina.

Terinspirasi dari perkataan nenek moyang gue dari bagian barat,'WHAT YOU WANT WHAT YOU GET'.
Gue pun semakin siap mental untuk maju di medan pertempuran.

Malam hari sebelum hari esok, ketika gue sedang berbaring di tempatt peristirahatan gue. Gue terbayang akan sosok Adi. Apa berarti gue homo? Tentu Bukan. Gue berbeda dengan Mirza.
Gue terbayang dengan sosok Adi yang begitu soleh dan sangat rajin solat 5 waktu, gue rasa Adi adalah titisan Ustad Mail.
Selain itu, Adi juga memiliki kepribadian yang sangat mantap untuk seorang cowok umuran gue. Adi selalu kelihatan rapi di depan semua orang, dia santun, dia pintar, guru-guru juga pada menyukainya.
Hal ini berbanding terbalik dengan gue. Gue adalah orang yang alim diantara orang-orang kafir.
Gue orang rapi diantara para gelandangan.
Gue santun didepan orang gila.
Dan guru-guru menganggap gue seorang kriminal sekolah, sehingga kelulusan gue sangat mereka tunggu-tunggu dan nantikan.

Namun untung aja gue merupakan keturunan seorang pria bernama ZULKARNAEN. Dia adalah papa gue sendiri. Jiwa Ksatria dan Kemiliteran yang dimilikinya seolah mengalir di dalam darah gue. Ya, sifat pantang menyerah dan selalu berusaha keras untuk mendapatkan suatu keinginan. Gue pun mengaplikasikanya dalam kehidupan nyata.Thanks Dad.

Beberapa kali gue telah ngepel, maksud gue ngapel ke rumah Tarina. Sebetulnya bukan beberapa kali, tetapi sekali-sekali. Ini disebabkan faktor internal yang menimpa pada diri gue. Gue positive terkena virus 'anak rumahan'. Virus yang memaksa gue jarang keluar rumah.

Akhirnya setelah rentang hampir satu tahun lebih PDKT, gue mengambil keputusan untuk menyatakan cinta gue kepada Tarina.

Pada tanggal 30 november. Hari yang menurut gue begitu spesial dalam perjalanan hidup di dunia ini.
saat itu jam menunjukan pukul setengah 12 siang. Gue yang waktu itu sedang akan belajar di selasar (catatan: selasar merupakan tempat yang bisa digunakan buat apa saja, termasuk untuk kegiatan belajar).
Sambil menunggu datangnya guru. Gue memutuskan untuk menembak Tarina saat itu juga. Itu merupakan hal tergila yang gue lakukan. Gue menembak Tarina di depan ribuan orang yang sedang menimba ilmu saat itu.
Gue rasa, saat itu rasa malu gue sudah pergi karena dia malu sama gue yang gak ada malu.

"Tar, gue suka sama lo Tar. Tarina tu baek, terus cantik ", kata gue dengan wajah tak berdosa.
"Hemm, Tarina mau gak jadi pacar gue?", kata gue sambil menggosok kepala yang sudah tidak di sampo puluhan hari.

Sunyi.
Sunyi.

"iyaa do, Tarina mau", kata Tarina dengan suara lembutnya.

Seakan tidak percaya, gue pun pingsan tapi sadar. Intinya gue masi sadar.
Perasaan gue begitu senang saat itu. Seakan-akan gue akan terbang ke langit ke 7, untung aja gue memiliki teman yang begitu peka. Mereka segera menahan kaki dan mengerumuni gue. Ucapan selamat pun bermunculan dari mulut ke mulut. Gue pun menjadi artis sesaat.

Setelah momen itu,hidup gue pun kini berubah. Gue mantap menyandang status 'berpacran'.
Gue pun menatap lembran baru dengan lebih berwarna.
Gue berharap, suatu saat nanti ke-4 teman gue akan menyusul gue dalam petualangan mencari cinta.
DON'T GIVE UP






 

2 komentar:

  1. Makasih buat nasehat ttg "mirza", harus hati-hati mulai sekarang

    BalasHapus
  2. haha, yoi.. waspada ae sma mirza tu..

    BalasHapus