Senin, 28 Maret 2011

Empek-Empek Malapetaka


Ketika gue duduk di kelas 2 SMP. Gue mulai menyadari bahwasanya ada hal aneh yang melanda diri gue. Kenapa gue berkata demikian? Gue melihat terjadi begitu banyak perubahan pada fisik yang gue miliki.
Mulai dari sesosok biji salak yang menggelantung di leher. Hormon rambut berlebih yang mengakibatkan rambut gue tumbuh berkembang di tempat yang sama sekali gak gue pikirkan sebelumnya (gue sempat berpikir, mitos yang mengatakan monyet sebagai nenek moyang manusia adalah hal yang benar). Dan yang paling ajaib bin ajaib adalah suara cempreng yang gue miliki sejak kecil pergi entah kemana digantikan dengan suara ngebass.

Namun keheranan gue ini tidak berlangsung lama.
Karena beberapa minggu kemudian, gue berhasil menemukan jawaban akan keanehan fisik yang gue alami.
Gue menemukan jawaban tersebut di kelas biologi

Ketika itu Bu Agustina mengatakan, 'ada beberapa ciri yang menandakan seorang mulai tumbuh dewasa.'
Gue dan semua teman memperhatikan setiap gerak-gerik mulut Bu Agustina.

'Pada cowok, ciri pertamnya adalah tumbuhnya sebuah tonjolan yang bernaama buah kuldi di leher.'
Karena refleks, gue pun memegang leher.

'Lalu tumbuhnya rambut di daerah kemaluan, dada dan lain sebaganya.'
Karena refleks, gue pun memegang tiiittt (terlalu fulgar diucapkan).

'Kemudian, yang terakhir adalah suara yang mulai terdengar nge-bass', kata Bu Agustina dengan mantap.

Yak, dari penjelasan Bu Agustina tersebut, gue berhasil menarik sebuah kesimpulan, bahwasanya gue sudah berada pada level kedewasaan. Level dimana gue dikatakan dewasa. Sungguh bangga gue pada saat itu.

'Mama Fido pulang', kata gue sambil berlari ke tempat makan.

'Anak mama uda pulang, gimana tadi sekolahnya?', kata mama dengan lembut.

'Ma, jangan panggil Fido anak-anak lagi la. Fido kan uda besar sekarang', kata gue sambil makan makanan yang mama buat.

'Haha', mama tertawa kecil seolah-olah tidak percaya dengan yang gue katkan.

Selesai makan, gue mendengar ada suara telepon menggema dari sudut rumah.
Dengan naluri ke-teleponan, gue pun segera berlari dan langsung mengangkatnya.

'Halo, dengan siapa ya?',

'Ini Bu Ade, om. Ibunya ada om?, kata suara di seberang.

Tidak beberapa lama gue pun menyerahkan telepon kepada mama.

Perasaan bangga pun kembali meyelimuti diri gue. Untuk pertama kalinya dalam sejarah kehdupan gue, ada orang yang mengatakan gue sebagai Om Om. Ini semakin membuktikan kalo gue sudah dewasa. 'HAHaha', gue ketawa dalam jantung.

'Fido, tadi kawan mama kirain kamu tu papa lo. Katanya, suara kamu uda kayak orang dewasa', kata mama.

'Masak sih ma? Heheh', gue menjawab selayaknya orang dewasa dengan tangan disilangkan dan muka sedikit najong.

'Iyaa benaran.Waa, hebat ya anak mama ni, mama aja yang gak nyadar kamu uda mulai dewasa.'

'Heheh', muka najong kembali gue perlihatkan.

Di sore harinya,
Mungkin karena lagi terkena sindrom kedewasaan. Gue teringat akan hal rutin yang biasanya dilakukan teman-teman gue yang mengalami kedewasaan dini. Yak, berkeliling komplek dengan sepeda motor yang dilakukan sebanyak 60 putaran. Tujuannya sih, tidak lain tidak bukan adalah untuk menarik perhatian para cewek-cewek kesepian.

Gue yang waktu itu baru aja bisa mengendarai sepeda motor sendiri, setelah melakukan pelatihan intensif oleh papa gue  selama bebulan-bulan. Gue memutuskan untuk bersepeda motor bareng dengan ke-7 teman gue yang terlanjur mengalami ejakulasi dini .Maap. Kedewasaan dini.

Start pun kami mulai dari jalan yang paling ramai akan keberadaan ceweknya. Dengan dandanan gaul habis yang kami kenakan. Motor bebek yang terlihat besar karena badan kami yang kecil. Ibaratnya kami seperti pengendara 'Harley Davidson'.  Kami pun PD meratapi setiap jalanan yang ada.

Di tengah perjalanan.
'woi, alahao, yaa , hahaa, anjritt', beberapa rentetan kata yang kerap kali mucul dari mulut kami sepanjang rute perjalanan. Menurut gue sendiri , inti pembicaraan kami sama sekali gak berbobot. Dibandingkan dengan salah satu bobot teman gue yang begitu besar.

Hanya dalam beberapa menit kemudian. Kami pun sukses menempuh satu lap putaran. Ini Bukan berarti kami melajukan sepeda motor dengan kecepatan tinggi. Tetapi lebih disebabkan luas komplek kami yang jauh dari yang namanya luas. Gue harap suatu saat nanti akan datang jinya aladin yang dapat memperluas komplek tersebut.

Tiba-tiba di tengah perjalanan, mata salah satu teman gue tertuju pada seorang wanita yang sedang mendagangkan empek-empek beserta gorengan lain. Ya, sebagai teman yang peduli akan nasib seorang teman yang sedang kelaparan. Kami pun berhenti dan membiarkan si teman membeli empek-empek yang telah lama diincarnya. Saat itu dia memutuskan hanya memakan gorengan dan membungkus empek-empek yang di belinya. Gue tau, hal tersebut dilakukanya untuk menjaga empek-empek tersebut dari para pemburu jajanan orang. Mereka adalah gue dan teman gue yang lain.

Setelah sukses menyelamatkan seorang teman dari bencana kelaparan. Kami pun melanjutkan rute kami yang masih panjang. Seakan-akan ada panggilan yang memaksa kami untuk menyelesaikanya secepat mungkin.

Namun, di rute ke 30 . Ada sebuah kejadian yang menyebabkan perjalanan panjang tersebut tidak dapat dilanjutkan kembali. Itu disebabkan oleh  terjadinya sebuah insiden yang menimpa diri gue.

Penasaran kan? Oke, gue akan mencoba menjekaskan penyebab insiden tersebut.

Waktu itu, Firman yang merupakan pemilik empek-empek memutuskan untuk membukanya di tengah perjalanan. Firman lupa akan keberadaan para 'pemburu makanan orang'. Mungkin juga Firman sudah tidak bisa menahan rasa lapar yang terus mengerogoti perutnya.

Firman yang waktu itu dibonceng oleh teman gue yang bernama Adio memutuskan untuk berhenti sejenak. Tertarik.Gue dan kelima teman gue yang lain yang berada pada posisi terdepan ikut berhenti karena mencium aroma empek-empek yang begitu menusuk hidung. Tentu dengan harapan akan menerima bagian empek-empek tersebut.
Namun pada saat gue telah berhasil menghentikan sepeda motor gue. Teman gue yang bernama PIRAS masih sangat kesusahan menghentikan sepeda motornya. Gue rasa kala itu, insting kehewanan Piras sebagai 'pemburu makanan orang' sudah mengalahkan logika berpikirnya. Dia terus memperhatikan kebelakang dan tidak juga segera mengerem. Padahal jarak sepeda motornya hanya tinggal beberapa cm lagi dari motor gue.

Dann sudah ketebakan apa yang bakalan terjadi?

Piras berhasil menabrak gue dan sepeda motor gue dari belakang. Gue yang saat itu sedang tidak memasang kuda-kuda pada kedua kaki, Karena ukuran sepeda motor begitu besar dari badan gue yang kecil dan imut. Gue berhasil jatuh terguling ditemani dengan sepeda  motor gue yang setia menemani. Kejadian tersebut terjadi hanya beberapa saat.

'Aaaah', teriak gue kesakitan.

Teman-teman gue yang pada saat itu menyaksikan langsung tragedi berdarah tersebut diam sejenak.
Mereka masih tidak percaya akan insiden tersebut.
Namun yang membuat gue bangga akan teman-teman gue adalah naluri mereka dalam menolong orang yang begitu besar. Ralat. Menolong motor gue yang sedang jatuh kesakitan. Merka lebih menutamkan motor gue  dari pada gue yang sedang merintis kesakitan. Di sana mereka mnendapati motor gue dalam keadaan baik. Dasar bajingan.

Keadaan panik pun mencengkram kami semua saat itu. Terus berpikir tindakan apa yang harus dibuat.

Berpikir.
Berpikir.

Hingga akhirnya salah satu teman gue berhasil menemukan jalan keluar. Dia memutuskan untuk membawa gue kembali ke rumah tercinta. Gue rasa, tidak harus berpikir cukup lama untuk melakukan hal itu.

Ketika di rumah, gue merasakan sakit yang begitu besar pada tangan gue.
Gue terus menahan rasa sakit seorang diri. Tanpa ditemani sang kekasih yang telah pergi karena gue belum punya kekkasih pada saat itu. Haha

Mama gue merasa curiga dengan kelakuan gue yang bagaikan kambing liar melenggok kesana kemari. Dia pun langsung bertanya.

'Do kamu kenapa? Mama liat sepert ada yang kamu sembunyiin.'

'gak kenapa-kenapa kok ma', kata gue sambil memegang tangan kiri gue.

'Kamu jangan bohong sama mama. Mama tau, pasti ada yang kamu sembunyiin kan?', kata mama dengan penuh rasa curiga.

Merasa terdesak, karena begitu besar tekanan yang diberikan mama. Gue pun menyerah dan mengatakan kejadian yang telah menimpa gue.

'....'

Mama begitu kaget ketika mendengar penjelasan yang gue jabarkan. Dia menangis. Gue gak nyangka mama begitu sayangnya sama gue.
Sambil menangis, mama pun langsung mengabari papa gue yang baru saja pulang solat maghrib.

Papa yang biasanya akan marah terlebih dahulu jika terjadi sesuatu hal buruk pada anaknya karena ulah anaknya sendiri. Kali ini langsung memarahi gue saat itu juga. Mungkin ini sudah menjadi kebiasaan papa yang sulit diubah. Namun gue tau, papa sebetulnya marah karena marah.
Pokoknya memang kebiasaan papa marah sebelum berbuat baik.

Tanpa berpikir panjang, Papa pun membawa gue ke rumah sakit PIM. Disana, gue diperiksa oleh dokter dan susternya. Mereka memeriksa tangan gue yang gue eluh-eluhkan kesakitanya.

Dan tidak berapa lama, gue divonis mengalami 'patah tulang'. Lebih spesifiknya tulang tangan kiri gue di bagian dalam. Tangan yang selama ini menemani gue di saat suka maupun duka.

Keesokan harinya, sang Dokter menyarankan gue untuk melakukan operasi tulang. Dokter mengatakan, operasi akan mempercepat penyembuhan tulang yang patah.
Tapi Tentu ini bukan hal yang gue mau. Dalam pikiran gue sudah tertanam bahwasanya operasi adalah hal yang mengerikan dan operasi kerap kali mengalami kegagalan yang berujung pada kematian sang pasien. Pokoknya hal yang sangat menyeramkan. Sehingga gue gak akan mau kalo sampai dioperasi.

Mengetahui anaknya ketakutan, papa pun memilih agar tangan gue tidak di operasi. Papa memilih untuk melakukan pengobatan tradisional yaitu dengan pengkusukan.

Karena menurut gue, tidak ada pilhan lain. Gue pun bersedia untuk di kusuk.
Dan pengkusukan dilakukan berbulan-bulan lamanya.

Di saat proses pengusukan,gue pun tidak pernah lupa untuk selalu menyiapkan suara agar mantap menjerit dengan lantang ketika dikusuk.
'AWW, Iyaau', nada yang sering gue keluarkan secara spontan.

Dari kejadian yang menimpa gue , gue mengambil sebuah pelajaran berharga.
Bagi anak SMP yang sedang berada dalam tahap menuju kedewasaan, agar tidak menggunakan sepeda motor untuk pergi jalan-jalan, tetapi cukup dengan Mobil agar lebih aman.
Semoga kalian selamat teman-temanku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar