Senin, 28 Maret 2011

Empek-Empek Malapetaka


Ketika gue duduk di kelas 2 SMP. Gue mulai menyadari bahwasanya ada hal aneh yang melanda diri gue. Kenapa gue berkata demikian? Gue melihat terjadi begitu banyak perubahan pada fisik yang gue miliki.
Mulai dari sesosok biji salak yang menggelantung di leher. Hormon rambut berlebih yang mengakibatkan rambut gue tumbuh berkembang di tempat yang sama sekali gak gue pikirkan sebelumnya (gue sempat berpikir, mitos yang mengatakan monyet sebagai nenek moyang manusia adalah hal yang benar). Dan yang paling ajaib bin ajaib adalah suara cempreng yang gue miliki sejak kecil pergi entah kemana digantikan dengan suara ngebass.

Namun keheranan gue ini tidak berlangsung lama.
Karena beberapa minggu kemudian, gue berhasil menemukan jawaban akan keanehan fisik yang gue alami.
Gue menemukan jawaban tersebut di kelas biologi

Ketika itu Bu Agustina mengatakan, 'ada beberapa ciri yang menandakan seorang mulai tumbuh dewasa.'
Gue dan semua teman memperhatikan setiap gerak-gerik mulut Bu Agustina.

'Pada cowok, ciri pertamnya adalah tumbuhnya sebuah tonjolan yang bernaama buah kuldi di leher.'
Karena refleks, gue pun memegang leher.

'Lalu tumbuhnya rambut di daerah kemaluan, dada dan lain sebaganya.'
Karena refleks, gue pun memegang tiiittt (terlalu fulgar diucapkan).

'Kemudian, yang terakhir adalah suara yang mulai terdengar nge-bass', kata Bu Agustina dengan mantap.

Yak, dari penjelasan Bu Agustina tersebut, gue berhasil menarik sebuah kesimpulan, bahwasanya gue sudah berada pada level kedewasaan. Level dimana gue dikatakan dewasa. Sungguh bangga gue pada saat itu.

'Mama Fido pulang', kata gue sambil berlari ke tempat makan.

'Anak mama uda pulang, gimana tadi sekolahnya?', kata mama dengan lembut.

'Ma, jangan panggil Fido anak-anak lagi la. Fido kan uda besar sekarang', kata gue sambil makan makanan yang mama buat.

'Haha', mama tertawa kecil seolah-olah tidak percaya dengan yang gue katkan.

Selesai makan, gue mendengar ada suara telepon menggema dari sudut rumah.
Dengan naluri ke-teleponan, gue pun segera berlari dan langsung mengangkatnya.

'Halo, dengan siapa ya?',

'Ini Bu Ade, om. Ibunya ada om?, kata suara di seberang.

Tidak beberapa lama gue pun menyerahkan telepon kepada mama.

Perasaan bangga pun kembali meyelimuti diri gue. Untuk pertama kalinya dalam sejarah kehdupan gue, ada orang yang mengatakan gue sebagai Om Om. Ini semakin membuktikan kalo gue sudah dewasa. 'HAHaha', gue ketawa dalam jantung.

'Fido, tadi kawan mama kirain kamu tu papa lo. Katanya, suara kamu uda kayak orang dewasa', kata mama.

'Masak sih ma? Heheh', gue menjawab selayaknya orang dewasa dengan tangan disilangkan dan muka sedikit najong.

'Iyaa benaran.Waa, hebat ya anak mama ni, mama aja yang gak nyadar kamu uda mulai dewasa.'

'Heheh', muka najong kembali gue perlihatkan.

Di sore harinya,
Mungkin karena lagi terkena sindrom kedewasaan. Gue teringat akan hal rutin yang biasanya dilakukan teman-teman gue yang mengalami kedewasaan dini. Yak, berkeliling komplek dengan sepeda motor yang dilakukan sebanyak 60 putaran. Tujuannya sih, tidak lain tidak bukan adalah untuk menarik perhatian para cewek-cewek kesepian.

Gue yang waktu itu baru aja bisa mengendarai sepeda motor sendiri, setelah melakukan pelatihan intensif oleh papa gue  selama bebulan-bulan. Gue memutuskan untuk bersepeda motor bareng dengan ke-7 teman gue yang terlanjur mengalami ejakulasi dini .Maap. Kedewasaan dini.

Start pun kami mulai dari jalan yang paling ramai akan keberadaan ceweknya. Dengan dandanan gaul habis yang kami kenakan. Motor bebek yang terlihat besar karena badan kami yang kecil. Ibaratnya kami seperti pengendara 'Harley Davidson'.  Kami pun PD meratapi setiap jalanan yang ada.

Di tengah perjalanan.
'woi, alahao, yaa , hahaa, anjritt', beberapa rentetan kata yang kerap kali mucul dari mulut kami sepanjang rute perjalanan. Menurut gue sendiri , inti pembicaraan kami sama sekali gak berbobot. Dibandingkan dengan salah satu bobot teman gue yang begitu besar.

Hanya dalam beberapa menit kemudian. Kami pun sukses menempuh satu lap putaran. Ini Bukan berarti kami melajukan sepeda motor dengan kecepatan tinggi. Tetapi lebih disebabkan luas komplek kami yang jauh dari yang namanya luas. Gue harap suatu saat nanti akan datang jinya aladin yang dapat memperluas komplek tersebut.

Tiba-tiba di tengah perjalanan, mata salah satu teman gue tertuju pada seorang wanita yang sedang mendagangkan empek-empek beserta gorengan lain. Ya, sebagai teman yang peduli akan nasib seorang teman yang sedang kelaparan. Kami pun berhenti dan membiarkan si teman membeli empek-empek yang telah lama diincarnya. Saat itu dia memutuskan hanya memakan gorengan dan membungkus empek-empek yang di belinya. Gue tau, hal tersebut dilakukanya untuk menjaga empek-empek tersebut dari para pemburu jajanan orang. Mereka adalah gue dan teman gue yang lain.

Setelah sukses menyelamatkan seorang teman dari bencana kelaparan. Kami pun melanjutkan rute kami yang masih panjang. Seakan-akan ada panggilan yang memaksa kami untuk menyelesaikanya secepat mungkin.

Namun, di rute ke 30 . Ada sebuah kejadian yang menyebabkan perjalanan panjang tersebut tidak dapat dilanjutkan kembali. Itu disebabkan oleh  terjadinya sebuah insiden yang menimpa diri gue.

Penasaran kan? Oke, gue akan mencoba menjekaskan penyebab insiden tersebut.

Waktu itu, Firman yang merupakan pemilik empek-empek memutuskan untuk membukanya di tengah perjalanan. Firman lupa akan keberadaan para 'pemburu makanan orang'. Mungkin juga Firman sudah tidak bisa menahan rasa lapar yang terus mengerogoti perutnya.

Firman yang waktu itu dibonceng oleh teman gue yang bernama Adio memutuskan untuk berhenti sejenak. Tertarik.Gue dan kelima teman gue yang lain yang berada pada posisi terdepan ikut berhenti karena mencium aroma empek-empek yang begitu menusuk hidung. Tentu dengan harapan akan menerima bagian empek-empek tersebut.
Namun pada saat gue telah berhasil menghentikan sepeda motor gue. Teman gue yang bernama PIRAS masih sangat kesusahan menghentikan sepeda motornya. Gue rasa kala itu, insting kehewanan Piras sebagai 'pemburu makanan orang' sudah mengalahkan logika berpikirnya. Dia terus memperhatikan kebelakang dan tidak juga segera mengerem. Padahal jarak sepeda motornya hanya tinggal beberapa cm lagi dari motor gue.

Dann sudah ketebakan apa yang bakalan terjadi?

Piras berhasil menabrak gue dan sepeda motor gue dari belakang. Gue yang saat itu sedang tidak memasang kuda-kuda pada kedua kaki, Karena ukuran sepeda motor begitu besar dari badan gue yang kecil dan imut. Gue berhasil jatuh terguling ditemani dengan sepeda  motor gue yang setia menemani. Kejadian tersebut terjadi hanya beberapa saat.

'Aaaah', teriak gue kesakitan.

Teman-teman gue yang pada saat itu menyaksikan langsung tragedi berdarah tersebut diam sejenak.
Mereka masih tidak percaya akan insiden tersebut.
Namun yang membuat gue bangga akan teman-teman gue adalah naluri mereka dalam menolong orang yang begitu besar. Ralat. Menolong motor gue yang sedang jatuh kesakitan. Merka lebih menutamkan motor gue  dari pada gue yang sedang merintis kesakitan. Di sana mereka mnendapati motor gue dalam keadaan baik. Dasar bajingan.

Keadaan panik pun mencengkram kami semua saat itu. Terus berpikir tindakan apa yang harus dibuat.

Berpikir.
Berpikir.

Hingga akhirnya salah satu teman gue berhasil menemukan jalan keluar. Dia memutuskan untuk membawa gue kembali ke rumah tercinta. Gue rasa, tidak harus berpikir cukup lama untuk melakukan hal itu.

Ketika di rumah, gue merasakan sakit yang begitu besar pada tangan gue.
Gue terus menahan rasa sakit seorang diri. Tanpa ditemani sang kekasih yang telah pergi karena gue belum punya kekkasih pada saat itu. Haha

Mama gue merasa curiga dengan kelakuan gue yang bagaikan kambing liar melenggok kesana kemari. Dia pun langsung bertanya.

'Do kamu kenapa? Mama liat sepert ada yang kamu sembunyiin.'

'gak kenapa-kenapa kok ma', kata gue sambil memegang tangan kiri gue.

'Kamu jangan bohong sama mama. Mama tau, pasti ada yang kamu sembunyiin kan?', kata mama dengan penuh rasa curiga.

Merasa terdesak, karena begitu besar tekanan yang diberikan mama. Gue pun menyerah dan mengatakan kejadian yang telah menimpa gue.

'....'

Mama begitu kaget ketika mendengar penjelasan yang gue jabarkan. Dia menangis. Gue gak nyangka mama begitu sayangnya sama gue.
Sambil menangis, mama pun langsung mengabari papa gue yang baru saja pulang solat maghrib.

Papa yang biasanya akan marah terlebih dahulu jika terjadi sesuatu hal buruk pada anaknya karena ulah anaknya sendiri. Kali ini langsung memarahi gue saat itu juga. Mungkin ini sudah menjadi kebiasaan papa yang sulit diubah. Namun gue tau, papa sebetulnya marah karena marah.
Pokoknya memang kebiasaan papa marah sebelum berbuat baik.

Tanpa berpikir panjang, Papa pun membawa gue ke rumah sakit PIM. Disana, gue diperiksa oleh dokter dan susternya. Mereka memeriksa tangan gue yang gue eluh-eluhkan kesakitanya.

Dan tidak berapa lama, gue divonis mengalami 'patah tulang'. Lebih spesifiknya tulang tangan kiri gue di bagian dalam. Tangan yang selama ini menemani gue di saat suka maupun duka.

Keesokan harinya, sang Dokter menyarankan gue untuk melakukan operasi tulang. Dokter mengatakan, operasi akan mempercepat penyembuhan tulang yang patah.
Tapi Tentu ini bukan hal yang gue mau. Dalam pikiran gue sudah tertanam bahwasanya operasi adalah hal yang mengerikan dan operasi kerap kali mengalami kegagalan yang berujung pada kematian sang pasien. Pokoknya hal yang sangat menyeramkan. Sehingga gue gak akan mau kalo sampai dioperasi.

Mengetahui anaknya ketakutan, papa pun memilih agar tangan gue tidak di operasi. Papa memilih untuk melakukan pengobatan tradisional yaitu dengan pengkusukan.

Karena menurut gue, tidak ada pilhan lain. Gue pun bersedia untuk di kusuk.
Dan pengkusukan dilakukan berbulan-bulan lamanya.

Di saat proses pengusukan,gue pun tidak pernah lupa untuk selalu menyiapkan suara agar mantap menjerit dengan lantang ketika dikusuk.
'AWW, Iyaau', nada yang sering gue keluarkan secara spontan.

Dari kejadian yang menimpa gue , gue mengambil sebuah pelajaran berharga.
Bagi anak SMP yang sedang berada dalam tahap menuju kedewasaan, agar tidak menggunakan sepeda motor untuk pergi jalan-jalan, tetapi cukup dengan Mobil agar lebih aman.
Semoga kalian selamat teman-temanku.

Sabtu, 26 Maret 2011

.Rambutku, Kekasihku?


Ketika duduk di SMA, gue merupakan sosok yang menurut gue sendiri adalah sosok yang cuek, berantakan, gembel tetapi ganteng. Hahaa.
Menjadi pertanyaan besar,Kenapa gue suka mengatakan bahwa gue adalah orang ganteng? Itu bukan berarti gue sombong atau terlalu percaya diri, tetapi itu lebih  dari bagaimana cara gue mengekspresikan ke gantengan gue yang tiada tara ini. Sama aja sombong. Bego.

Sewaktu SMA, sosok cuek berandalan gembel begitu melekat pada diri gue. Image tersebut berhasil mengalahkan kegantengan tiada tara yang gue miliki. Bisa dikatakan, kegantengan gue bagaikan mutiara yang tersembunyi di dalam hutan rimba yang didalamya terdapat makhluk bernama 'KUTU KUPRET'. Ya, Hutan rimba tersebut adalah rambut gue sendiri. Rambut panjang, tidak terurus, berantakan, kering, tanpa kuncir, tanpa bendo, tanpa cap yang senantiasa menemani kemanapun gue melangkah. Tetapi gue tetap bangga akan eksistensi rambut yang gue miliki.


Tidak mau ke 3 saudara gue yang lain mengikuti jejak kelam gue dalam berternak 'KUTU'.
Papa gue langsung mengultimatum gue dengan kata-kata bijaknya.

'Do kapan kamu mau pangkas rambutnya nak?', kata papa santai.

' Uda la pa, Fido kan uda besar.Fido tau kok kapan harus potong. Jadi papa tenang aja', ujar gue dengan nada senonoh.

Beberapa Mili Sekon kemudian.

'Fidoo, kamu berani ngebantah papa ya? Papa gak mau tau, besok kamu harus uda potong rambut!!',

'Iii, iyaa pa. Fido pasti motong rambut kok besok. Fido kan tadi cuman becanda pa', kata gue gemetaran.

Gue masih heran, suasana santai yang telah di bangun berubah hanya dalam waktu mili sekon.
Gue rasa, kecepatan perubahan sikap dari papa mengalahkan rekor lari tercepat yang dipegang adik bungsu gue yang bernama 'Niko'.

Keesokan harinya di sekolah.

Hari itu adalah hari Jumat. Seperti biasa, setiap hari jumat selalu ada acara pembacaan Yasin sebelum kegiatan belajar di mulai. Kegiatan tersebut dilakukan bersama-sama di suatu tempat oleh seluruh guru dan siswa. Kegiatan ini bertujuan sebagai rasa syukur kepada sang Maha Pencipta.
Namun, Gue yang memiliki bakat sebagai seorang detektif tau akan tujuan lainya dari pembacaan Yasin tersebut. Ini tidak lain tidak iya adalah untuk mengusir 'siluman monyet berkepala ijo'   yang menyelinap di tubuh gue. Guru-guru sengaja tidak mengatakanya agar jati diri gue yang sebenarnya tidak diketahui oleh public. Thanks guruku.

Pada saat pembacaan Yasin. Gue melihat ke-kiri, ke-kanan, ke-depan, ke-belakang dengan seksama. Disana Gue melihat ribuan kepala teman gue dengan rambut pendek terurai panjang (maksudnya?).   Gue mendapat kesimpulan, mereka baru saja memotong rambut.

'kim kim, kok hari ni anak-anak pada potong rambut semua ya?', kata gue kepada Fakim teman disebelah gue.

'lho, kamyu gak tauch yak, kalok hari nich ada razia rambyut', jawab teman gue dengan suara alaynya.

'Apaa razia rambut? Oh shitt', kata gue kaget .

Beberapa saat kemudian,Pembacaan Yasin pun selesai.
Saat-saat yang menegangkan bagi gue. Jantung gue berdetak tidak karuan.
Gue mencoba bersikap tenang.
Langkah awal yang gue lakukan adalah menggunakan seekor tangan suci yang gue miliki, gue mencoba merapikan rambut gue .
Namun naas, rambut gue masih tetap berantakan.
Panik. Gue pun mengerahkan unit bantuan tambahan berupa tangan gue yang satu lagi.
Kali ini gue melakukanya dengan lebih Profesional. Gue menghelus rambut gue secara perlahan dan menatanya pada tempatnya. Dan dalam sekejap guepun sukses merubah rambut gue semakin berantakan.

Di depan seluruh siswa-siswi.
Kepala sekolah yang waktu itu menjadi pemimpin dalam pembacaan Yasin langsung mengambil sebuah Microphone dengan mantap.

'Anak-anak, hari ini akan ada razia rambut, barangsiapa yang memiliki rambut panjang akan langsung di potong saat ini juga', kata Kepala sekolah dengan muka datarnya.

'waaa, haaa, bluuupbluupp', terdengar suara-suara diantara kalangan siswa.

Gue pun mencoba bertindak dewasa dan jantan sebagai seorang laki-laki macho. Apa itu?
Gue bersembunyi dibalik dinding penyangga bangunan dengan harapan melindungi rambut gue dari razia para 'Hair Hunter.

Satu persatu para siswa di periksa dengan biadab. Gue yang sedang bersembunyi sambil berjoged ( berjoged: kegiatan karena gemetar) harus menghadapi nasib yang tragis. Gue berhasil di ringkus oleh satuan 'Hair Hunter' yang segera mengamankan dan mengevakuasi gue dari tempat persembunyian.

'tidaakk',gumam gue dalam hati.

Di tempat eksekusi pemotongan rambut, di depan semua kalangan calon orang sukses.
Gue yang sudah berstatus sebagai tersangka harus siap untuk dieksekusi.
Seingat gue, waktu itu ada 3 orang selain gue yang menjadi tersangka.
Tetapi berkat kecurigaan para 'Hair Hunter' akan adanya bom yang tersimpan dalam rambut gue. Gue harus bersedia menjadi orang yang dieksekusi pertama kali.

'kreek krekk', suara gunting yang menewaskan beberapa rambut gue.
'Krek krek', lagi
'krek krekk' dan lagi.

Akhirnya giliran gue pun selesai. Hukuman atas tindak kriminal yang gue lakukan pun berakhir dan kasus gue ditutup.
Penasaran akan model rambut yang gue miliki sekarang.Gue berlari menuju ke kamar mandi seketika dan mengincar sebuah kaca untuk ritual bercermin.
Saat itu , gue mendapati diri gue resmi memiliki tipe rambut terbaru. Rambut dengan gaya compal-compel dimana-mana. Mirip dengan orang gila yang sering gue liat di jalanan. Sedih adalah hal yang gue rasakan saat itu.

Gue meratapi rambut gue di depan kaca sambil mengingat akan sweet memory yang gue lewati bersama rambut gue yang dulu.
'Rambutku, maafkan gue karena gue gak bisa ngejagain kamu, Gue sungguh menyesal rambutku. Rambutku, selamat tinggal rambutku, semoga arwahmu tenang di alam rambut sana, gue akan sangat merindukanmu', kata gue sedih.


Beberapa minggu kemudian setelah kejadian itu, Gue berhasil melupakan tragedi pembantaian masal yang menimpa rambut gue. Gue mulai menebarkan bibit rambut yang baru untuk dibesarkan.

Seakan tidak kapok, gue pun bertekad untuk segera memanjangkan rambut gue kembali.
Karena gue tau, Gue adalah gue dan Guru adalah guru.
Dan yang paling penting adalah, Gue adalah gue dan Guru adalah guru.
Maksud gue, Gue adalah gue dan Guru adalah guru. cukuup.
Intinya setiap diri Kita memiliki pola pikir dan jalan hidup yang berbeda.
Terlepas dari segala kontrversi yang dimilikinya.

Enjoy your life guys!!!

Jumat, 25 Maret 2011

Lepas dari Lingkaran Kehomoan









Tentu tidak salah jika ada yang mengatakan Masa SMA merupakan masa yang paling indah bagi siapapun yang sempat merasakanya. Bisa dibilang, gue termasuk salah satu orang yang beruntung, karena gue sempat merasakan masa SMA.

Gue bersekolah di SMA Sukma Bangsa Lhokseumawe angkatan 2007. Karena gue pintar, gue lulus pada tahun 2010 lalu. Hahaha.

Ketika di SMA, gue memiliki beberapa orang sahabat yang menurut gue mereka selalu ada disaat gue senang maupun senang. Setiap dari mereka memiliki karakter yang berbeda-beda dengan keunikanya tersendiri.

Foto diatas tadi merupakan foto gue dan ke-lima teman gue. Gue akan mencoba mendeskripsikan mereka satu persatu mulai dari kiri.

Aldilo : Dia adalah kembaran gue yang sejak kecil kami selalu bersama. Seperti ada magnet yang begitu besar diantara kami berdua, hingga kuliah kami masi ditakdirkan untuk terus bersama . Gue harap, ketika menikah nanti kita akan memiliki pendamping masing-masing.Aminn.
             
Mirza : seorang yang tinggal di komplek yaang sama dengan gue. Dia adalah Lambang Kehomoan. Kenapa? Karena, setiap pria yang pernah berjalan dengan dia, Mereka harus bersdia di judge sebagai seorang homo. Gue sendiri pernah menjadi korbanya Mirza. Gue di judge menjadi seorang homo karena tertangkap basah sedang berduan satu motor di tengah malam yang dingin. Pengalaman yang sangat memalukan bagi gue. Tetapi, hal tersebut tidak berlangsung lama setelah seorang Bidadari cantik membebaskan gue dari kutukan keparat tersebut. Thanks GOD.

Fajar : Seorang pria besar, dengan brewok yang menelilingi mukanya. Dilihat dari luar dan bagi mereka yang belum kenal dekat, tentu Fajar dianggap sebagai sosok yang menyeramkan. Namun bagi kami yang sudah lama mengenalnya, Fajar sama sekali tidak menyeramkan. Dia bagaikan seorang anak kecil yang terjebak dalam tubuh raksaasa. Gue rasa Fajar terkena kutukan karena kerakusanya. 

Taqin : Dia adalah teman gue yang paling imutt habiss dah. Liat aja dari cara dia berfoto. Mulut condong kedepan menjadi ciri khasnya. Dari kacamata gue sih, dia melakukanya untuk menarik para waria yang sudah lama tidak mendapatkan pasangan hidup. Takin, sadarlah engkau, berpose seperti itu hanya akan membangkitkan nafsu birahi para waria aja. Gue sebagai teman lo, hanya bisa mengingatkan. Pilihan tetap ada di tangan lo, Taqin.

Panji : Dia adalah orang yang paling gila dari yang laen. Dia memilki karakter yang sangat kuat pada dirinya.
Gamapang emosian merupakan karakter yang paling kuat dimilikinya. Senjata mematikanya adalah ketika mengejek orang. Kalo udah diejek, kebanyakan korbanya positp terkena ganguan kejiwaan contohnya: Mirza. Satu hal yang pasti, gue banyak berterima kasih kepadanya yang telah memberikan ilmunya tentang bagaimana cara Menggaet cewek dalam SATU TAHUN lebih. Kalo di buat dalam bentuk buku, gue yakin buku itu bakal masuk ke museum nasional sebagai 'Buku tanpa Pembeli'. Betapa hebatnya seorang Panji.

Dan yang terakhir adalah gue sendiri. Sosok keren dan penuh Teka-teki yang tersimpan pada dirinya. Ya, Alfido nama gue. Nama yang unik, simpel dan sampai sekarang gue belum mengetahui makna nama tersebut. Gue harap ada seseorang yang akan membantu memecahkan misteri nama tersebut.

Di pagi yang cerah. Tepatnya di SMA Sukma Bangsa Lhokseumawe, gue dan ke-lima teman gue jalan menuju kelas dengan pakaian rapi. Ralat. Maksudnya ke-empat teman gue yang berpakaian rapi. Gue dan abang gue tetap berpakaian seperti orang terkena angin Topan. Sangat susah bagi gue dan abang gue dalam merapikan pakaian. Ini sih bukan salahnya ibu yang mengandung. Tetapi lebih dari kesalahan teknis pada anak yang dikandungnya.

Di Kelas dan saat pelajaran Matematika di mulai.

"Treekk",suara pintu terbuka.
Tiba-tiba muncullah sesosok bidadari yang turun dari kayangan dengan daya tarik yang begitu besar. Saat itu juga, bidadari itu sukses mengalihkan dunia dan menghentikan detak jantung gue untuk beberapa saat.
"Oh, Tuhan. Apakah ini kenyataan?", gumam gue didalam hati.

Sosok bidadari tersebut adalah Tarina. Awalnya gue tidak ada perasaan sama sekali terhadapnya. Namun, seiring berjalanya waktu perasaan gue berubah. Seperti katanya orang zaman purba dulu,'cinta datang dari mata, kemudian turun ke hati', sepertinya itu sesuai dengan apa yang gue alami saat ini.

Di luar kelas,ketika jam istirahat.

Seperti biasa, gue dan ke-5 teman gue nongkrong di kantin untuk mengisi bahan bakar perut setelah pelajaran yang menguras pikiran sebelumnya. Tunggu dulu. Kali ini cuman gue dan ke-4 teman gue yang berkumpul. Saat itu Panji yang sudah memiliki pacar memutuskan untuk menghabiskan sisa waktu istirahatnya berduaan dengan pacarnya. Gue curiga, sang pacar pernah memberikan doktrin berupa "Ji, kamu gak usa sering-sering gabung sama mereka ya. Mereka tu kan HOMO KELAS HIU."

Di saat asik ngbrol dengan mereka. Gue mulai berpikir ada sesuatu hal yang ganjl antara gue dan ke-4 teman gue ini. Apa itu? Ya, Pacar. Gue dan ke-4 teman gue belum pernah merasakan yang namanya pacaran dari waktu gue masi ganteng sampai gue tetap masi ganteng. Padahal sekarang gue duduk kelas 3 SMA. Bisa-bisa gue jadi bujang lapuk di kandang lembu.

Sadar umur tidak panjang. Gue Mencoba lari dari lingkaran Kehomoan. Gue pun bertekad untuk segera mendapat pacar sebelum tamat nanti. Dan sasaran gue tidak lain tidak bukan adalah cewek yang bernama Tarina.
Namun satu hal yang menjadi permasalahan gue saat itu, Tarina merupakan cewek yang sudah ditaksir duluan oleh teman gue yang bernama ADI (ini merupakan nama samaran untuk melindungi identitas diri orang tersebut).

Ketika di rumah, Gue terus memikiran seorang Tarina . Walaupun gue tau, gue harus bersaing dengan Adi. Tetapi karena gue uda suka bangat sama Tarina, gue pun siap mempertaruhkan jiwa-raga kambing-guleng cicak-tawon dan lain sebagainya untuk satu tujuan mulia, yaitu mendapatkan hati dan cinta Tarina.

Terinspirasi dari perkataan nenek moyang gue dari bagian barat,'WHAT YOU WANT WHAT YOU GET'.
Gue pun semakin siap mental untuk maju di medan pertempuran.

Malam hari sebelum hari esok, ketika gue sedang berbaring di tempatt peristirahatan gue. Gue terbayang akan sosok Adi. Apa berarti gue homo? Tentu Bukan. Gue berbeda dengan Mirza.
Gue terbayang dengan sosok Adi yang begitu soleh dan sangat rajin solat 5 waktu, gue rasa Adi adalah titisan Ustad Mail.
Selain itu, Adi juga memiliki kepribadian yang sangat mantap untuk seorang cowok umuran gue. Adi selalu kelihatan rapi di depan semua orang, dia santun, dia pintar, guru-guru juga pada menyukainya.
Hal ini berbanding terbalik dengan gue. Gue adalah orang yang alim diantara orang-orang kafir.
Gue orang rapi diantara para gelandangan.
Gue santun didepan orang gila.
Dan guru-guru menganggap gue seorang kriminal sekolah, sehingga kelulusan gue sangat mereka tunggu-tunggu dan nantikan.

Namun untung aja gue merupakan keturunan seorang pria bernama ZULKARNAEN. Dia adalah papa gue sendiri. Jiwa Ksatria dan Kemiliteran yang dimilikinya seolah mengalir di dalam darah gue. Ya, sifat pantang menyerah dan selalu berusaha keras untuk mendapatkan suatu keinginan. Gue pun mengaplikasikanya dalam kehidupan nyata.Thanks Dad.

Beberapa kali gue telah ngepel, maksud gue ngapel ke rumah Tarina. Sebetulnya bukan beberapa kali, tetapi sekali-sekali. Ini disebabkan faktor internal yang menimpa pada diri gue. Gue positive terkena virus 'anak rumahan'. Virus yang memaksa gue jarang keluar rumah.

Akhirnya setelah rentang hampir satu tahun lebih PDKT, gue mengambil keputusan untuk menyatakan cinta gue kepada Tarina.

Pada tanggal 30 november. Hari yang menurut gue begitu spesial dalam perjalanan hidup di dunia ini.
saat itu jam menunjukan pukul setengah 12 siang. Gue yang waktu itu sedang akan belajar di selasar (catatan: selasar merupakan tempat yang bisa digunakan buat apa saja, termasuk untuk kegiatan belajar).
Sambil menunggu datangnya guru. Gue memutuskan untuk menembak Tarina saat itu juga. Itu merupakan hal tergila yang gue lakukan. Gue menembak Tarina di depan ribuan orang yang sedang menimba ilmu saat itu.
Gue rasa, saat itu rasa malu gue sudah pergi karena dia malu sama gue yang gak ada malu.

"Tar, gue suka sama lo Tar. Tarina tu baek, terus cantik ", kata gue dengan wajah tak berdosa.
"Hemm, Tarina mau gak jadi pacar gue?", kata gue sambil menggosok kepala yang sudah tidak di sampo puluhan hari.

Sunyi.
Sunyi.

"iyaa do, Tarina mau", kata Tarina dengan suara lembutnya.

Seakan tidak percaya, gue pun pingsan tapi sadar. Intinya gue masi sadar.
Perasaan gue begitu senang saat itu. Seakan-akan gue akan terbang ke langit ke 7, untung aja gue memiliki teman yang begitu peka. Mereka segera menahan kaki dan mengerumuni gue. Ucapan selamat pun bermunculan dari mulut ke mulut. Gue pun menjadi artis sesaat.

Setelah momen itu,hidup gue pun kini berubah. Gue mantap menyandang status 'berpacran'.
Gue pun menatap lembran baru dengan lebih berwarna.
Gue berharap, suatu saat nanti ke-4 teman gue akan menyusul gue dalam petualangan mencari cinta.
DON'T GIVE UP






 

Kamis, 24 Maret 2011

0 Sinonim Telur Mata Sapi



Gue merupakan mahasiswa jurusan Teknik Elektro UNIBRAW Malang. Gue memulai karir sebagai mahasiswa pada tahun 2010 lalu. Entah kesambet setan apa, tiba-tiba gue bisa keterima di jurusan Teknik Elektro. Ketika di SMA dulu gue tidak pernah sama sekali berpikiran akan masuk ke jurusan Teknik Elektro. Namun, malang tak bisa di tolak, untung tak bisa dicapai. Intinya, gue sekarang adalah mahasiswa jurusan Teknik Elektro UNIBRAW Malang. Jurusan yang konon katanya akan menunda ritual sakral yang bernama 'nikah'. Kenapa? Sebab rata-rata mahasiswanya baru akan lulus setelah lima sampai tujuh tahun bergelut di dunia ke-Elektroan. Faktor pertamnya tentu pelajaran yang cukup lumayan sukar. Namun tidak hanya itu,  faktor lain yang juga tidak bisa dipungkiri dalam menghambat kelulusan Mahasiswanya adalah jumlah wanita yang begitu minim dijurusan tersebut. Bisa dikatakan, Keberadaan wanita bagaikan jarum di tumpukan jarum.  Padahal wanita kerap menjadi 'Doping' bagi para pria hidung belang yang kerap haus akan wanita.
Oleh karena itu, Sudah bisa ditebakan apa jadinya? Tepat, Meliburkan diri saat jam Perkuliahan (baca: bolos).

Selain itu, ketika gue kuliah di jurusan Teknik Elektro. Ada hal unik lagi yang sering gue rasakan.  Gue kerap mencium bau aroma terapi yang bisa membius otak gue sehingga gue merasakan sensasi 'fly'. Bisa dikatakan sensasinya seperti Terbang ke bulan, berkeliling saturnus, berjemur di jupter dan kembali lagi ke bumi. Paham? 'Tidak'. Bagus, sebuah jawaban sensasisonal singkat dan padat (jujur aja, gue bingung gimana ungkapin sensasinya. hehe).

Selidik punya selidik, Gue menemukan jawaban atas kegelisahan gue selama ini. Bau tersebut rupanya merupakan hasil Perkawinan silang 30 lebih mahasiswa yang rata-rata (semuanya) tidak mandi sebelum berangkat ke kampus ditambah lagi beberapa dari mereka tidak mandi  selama 2 hari. Mulai kebayangkan gimana aromanya?

Hal tersebut terkadang membuat gue ikut perihatin kepada 1 Atau 2 wanita yang berada di kelas tersebut. Para wanita selalu mandi dan menggunakan parfum-parfum agar wangi ketika di kampus. Tetapi mereka kerap mellupakan pertarungan antara aroma Parfum yang mereka kenakan dengan Aroma Terapi Perkawinan Silang (ATPS).

'Dari sudut biru kita panggilkan 'Aroma parfumm' dan dari sudut merah kita panggilkan 'ATPS'.

'Tingg ting ting ting', pertanda ronde pertama dimulai.

Satu detik kemudian.

Juri mengatakan ,'pemenangnya adalah ATPS'.

Wajar saja, Keganasan ATPS tidak bisa diragukan lagi. ATPS adalah sang juara bertahan selama bertahun-tahun lamanya.

Pasrah akan kekalahan. Mau tidak mau, mereka pun ikut mencium sensasi dahsyatnya ATPS.
Entah dosa apa yang mereka perbuat sampai-sampai mereka harus ikhlas untuk ikut mencium aroma terapi tersebut. Kenapa di bliang ikhlas? Buktinya sampai sekarang tidak ada satupun dari mereka yang memprotes.
Hahaha.


Siang itu jantung gue berdetak tidak karuan. Seakan jantung gue ingin meloloskan diri dari tubuh seksi yang gue miliki. Tidak ingin berpisah. Pencegahan pun gue lakukan secepat mungkin. Gue menarik napas dalam-dalam dan dalam hitungan ke-seratus gue buang bersamaan dengan gas lain yang beraroma dan memiliki cita rasa berbeda dengan apa yang gue hirup (baca:kentut). Efeknya pun cukup memuaskan, gue hampir mati kehabisan napas. haaha lebay.

Tiba di kelas DTD (Dasar Teknik Digital) alias (Diulang Tetap E) alias (Diulang Tetap E).

Dengan wajah cool seperti biasanya dan cuek. Gue pun duduk dengan mantap di barisan terdepan. Gue duduk di depan bukan berarti Gue bisa dengan pelajaranya. Waktu itu ada suatu hal yang menghadang gue untuk datang lebih awal. Dia tidak lain dan tidak bukan adalah diri gue sendiri. Gue ketiduran bagaikan manusia yang sedang tidur. Hal tersebut yang akhirnya membuat gue gagal merebut posisi pertama dalam perlombaan perebutan kursi terbelakang. Memang perlombaan ini tidak secara resmi diadakan, tetapi fenomena ini begitu kental dirasakan di kelas DTD , kentalnya seperti susu Dancow. Setiap orang berlomba untuk datang lebih awal kemudian siap melakukan antrian panjang lalu ketika dosen membuka gerbang pintu kesengsaraan, mereka pun langsung berlomba mengambil tempat duduk terbelakang. Seperti ada aba-aba yang mengatakan,'bersedia,siap,yaa'.

Kelas pun di mulai.
Seperti biasanya, Sang Dosen selalu memberikan makanan pembuka kepada Mahasiswanya. Tunggu dulu. Makanan pembuka disini bukan lah seperti ginger bread, froyo , es buah. bakpao, maratabak, bakso, sate (wuihh, mantapp). Tetapi Makanan pembukanya adalah seekor 'Kuis'. Kuis yang bakalan menjadi kuis. Katanya dosen ini sih, kuis yang diadakan setiap pertemuan ini bertujuan untuk melihat apakah Mahasiswanya ada belajar sebelum pertemuan ini atau tidak. Tentu tujuan yang sangat mulia. Semoga amal baik beliau diterima di sisi-Nya. Heheh, maapin saya pak.

Suasana hening.
Hening.

'ok, Time is over. Kumpulkan jawaban kalian di depan', kata Dosen yang bertitle sebagai Profesor .

Saat itu gue melihat dua kelompok dengan mimik wajah yang saling bertolak belakang. Pertama, mimik wajah dengan senyum ala pepsodent dan kedua adalah mimik wajah sedang menahan boker. Naas bagi gue,
Waktu itu gue masuk kategori wajah sedang menahan boker. Mimik wajah yang selalu menimpa mereka yang tidak belajar. Sungguh tragis nasib yang gue dan beberapa teman gue alami kali ini.

Dosen yang menurut gue memiliki kharisma yang begitu luar binasa, eh , luar biasa maksudnya.
Beliau langsung memberikan nilai dalam waktu kurang dari sepuluh menit ( gila!! hebat benar ni dosen). Bisa-bisa Dosen ini memecahkan rekor muri untuk 'Dosen dengan pemeriksaan Tercepat'.

Sang Dosen pun dengan lantang menunjukan nilai yang telah berhasil di inputnya kedalam laptop bermerek 'apple' yang dimilikinya kepada seluruh mahasiswa (catatan: dosen ini selalu menyimpan nilai semua mahsiswanya di dalam laptop dan data-datanya tidak pernah dibuang walaupun kita sudah lulus).  

Ibarat kata, sudah jatuh ketimpa semut. Gue pun harus ikhlas dan tawakal menerima cobaan yang begitu berat ini. Ya, Gue resmi mendapat nilai 0 BESAR dan yang lebih menyakitkan lagi adalah bersamaan dengan itu juga gue resmi terlihat bego di depan teman-teman yang lain. Rasanya gue ingin menangis sesaat dan mendendangkan lagu Ada Band yang berjudul 'manusia bodo'.

Beberapa jam kemudian.

'waktu habis, kalian dapat meninggalkan ruangan sekarang', kata dosen itu.

Dengan muka tertunduk, gue pun melangkahkan kaki gue menuju ke  kosan tercinta. Tetapi sebelumnya gue menyempatkan singgah di warung nasi langganan.
Karena masih terbayang akan kenyatan pahit berupa nilai 0 yang sangat sulit dilupakan. Gue berinisiatip untuk memakan nasi dengan 2 buah telur mata sapi sebagai lauknya. Waktu itu gue berpikir angka 0 adalah sinonim dengan telur mata sapi karena bentuknya yang hampir menyerupai lingkaran. Dengan memakan telur mata sapi tersebut gue berharap dengan Hajat telur mata sapi yang telah gue makan tadi (baca:taik) yang kemudian akan gue setorkan besok harinya akan ikut membuang angka 0 dalam pikiran gue.Dont Try This at Home.

Gue pun berusaha untuk mengambil pelajaran dari angka 0 tersebut. Makanlah makanan yang bergizi. Maap.Ralat. Maksudnya 'Belajarlah selagi masih ada waktu'. Sungguh sebuah rentetan kata sederhana yang memiliki arti filosofis yang sangat dalam. Penasaran? Pikir aja sendiri. hahaa




Rabu, 23 Maret 2011

2 Kebaikan di Pagi Hari

pagi ini gue bangun tepat pukul 6 pagi.Entah ada gerangan apa, gue sukses membuka kedua mata gue dari cengkraman kelopak mata gue sendiri. Amazing.
Gue pun langsung teringat akan suatu kewajiban unversal bagi umat muslim didunia untuk melaksanakan tuntutan berupa solat. Udara dingin yang begitu menusuk tulang-tulang ini, gue coba lalui dengan sekuat tenaga.
'serrr', gue kedinginan ketika gue mula berwudhu.Wajar Saja, Malang merupakan salah satu kota dingin di Indonesia selain Bandung.
Berhasil melewati segala macam rintangan dan menunaikan solat subuh. Gue pun mencoba untuk melakukan suatu kebaikan lagi. Apa itu? Gue mempunyai tujuan mulia untuk membangunkan gadis pujaan gue. Ya, Dia adalah Anirat. Seorang cewek cantk,dewasa dan penuh perhatian. Dan gue menjadi laki-laki yang beruntung telah mendapatkanya sambil berharap akan menjadi suaminya kelak.amiinn

Deagan mengunakan sebuah alat canggih yang bernama Hand PHone. Gue menelpon Pacar Gue.
'tittt tiittt'.
'haloo', terdengar suara lembut dari seberang telepon.
'haloo sayaang. sayaang bangun  dong. solat duluu', gue bilang dengan nada seorang kiai.
'saayaang tumbenn, bangunin Tarina. sayang mimpi apa semalam? Hehe', seolah-olah kaget tidak percaya.
' ii saayaang, gue kan pengen juga bangunin sayang sekali-sekali. Biasanya sayang terus yang bangunin', gue bilang dengan suara manja.
'iyaa. makasi ya sayang. Tarina solat sekarang deh.'.

'tuutt tuutt', suara telepon putus.

Ya,pagi itu menjadi pagi yang sangat spesial bagi gue. Gue bisa melakasanakan solat subuh (biasanya gue jarang solat subuh kalo gak dibangunin) dan membangunkan Pacar gue sendiri. Sebuah prestasi yang sangat mengagumkan.
Semoga menjadi awal yang baik untuk mulai beraktifitas.