Sabtu, 07 Mei 2011

3 Days & 3 cities (Part 1)



Pada pukul 15.00 WIB, tepatnya pada hari kamis.
Gue bersama ke tiga teman gue yang lain telah berada di dalam kereta api tujuan Malang-Bandung.
Tujuan kami waktu itu bukan lah Bandung, melainkan Solo yang dikenal sebagai 'kota batik'.
Tapi, tujuan kami ke Solo  bukan lah untuk berburu batik. Kami ber-4 akan mengikuti lomba robot Line Tracer yang diadakan oleh UNS (Universitas Negri Solo) dalam rangka Dies Natalis Universitas tersebut.

Hal yang sangat memotivasi kami ber-4 mengikuti kontes robot tersebut adalah bahwasnya akan ada Muri yang mengabadikan perlombaan tersebut sebagai lomba robot Line Tracer dengan lintasan terpanjang. Lintasan yang mencapai jarak tempuh hingga 1 Km.
Hal lainya yang tentu menjadi semangat bagi kami adalah adanya pembagian kaos bagi para peserta lomba tersebut.
Waktu itu kami pergi secara ilegal.
Kepergian kami tidak diketahui oleh HME (Himpunan Mahasiswa Elektro Brawijaya).
Padahal setiap akan mengikuti lomba , Semua Mahasiswa Elektro harus mendapatkan izin terlebh dahulu dari HME. Karena ketika kita akan berlomba dalam suatu ajang kompetisi. Saat itu juga kita akan membawa nama Universitas , Fakultas dan Jurusan . Sehingga nama baik harus tetap dijaga.

Namu entah apa yang ada di pikiran kami ber-4 saat itu.
Kami tetap nekat pergi tanpa menghiraukan aturan yang telah dibuat tersebut.
Kami tetap berpendirian bahwasanya 'Pengalaman adalah guru terbaik bagi kita di masa yang akan datang'.

Dengan robot ala kadarnya dan jauh dari kesan 'wah'.
Kami tetap aja PD ( Percaya Diri) dengan robot tersebut.

Sepanjang perjalanan, kami ber-4 saling bercerita dan menayakan hal-hal yang gak penting.
Seperti, 'berapa banyak nyamuk di kereta api?'
'berapa sering orang pergi ke toilet?'
'kaos kaki siapa yang berwarna hitam?'
Candaan garing + renyah di malam hari yang dingin.

Setelah 8 jam di dalam kereta api tersebut, akhirnya kami sampai di Stasiun Balapan, Solo.
Waktu tepat menunjukan pukul 23.30 WIB.
Di stasiun kami bagaikan 4 anak idot yang kehilangan arah hidupnya.
Malam itu begitu sepi. Angkutan umum tidak dapat lagi kami temukan saat itu.
Ya pasti lah. Kan uda tengah malam.

Namun di tengah kebingungan kami. Tiba-tiba aja ada Taxi yang lewat di depan kami.
Tidak ada pilihan lain, kami pun memutuskan menaiki taxi yang akan mengantar kami ke UNS.
Menurut perkiran kami, UNS berada tidak jauh dari Stasiun Balapan.
Ternyata insting 'sok tau' kami salah.
Perjalanan ke sana membutuhkan waktu lebih dari 10 menit.
Bayangin aja, kalo kami jalan saat itu. BIsa-bisa kaki kami di amputasi karena kelelahan .

Tiba Di gerbang UNS, kami bertemu dengan satpam yang sedang santai menkmati kopi.
Gue pun segera bertanya,'Pak, kami para peserta robot. Tempat penginapan kami dimana ya?'
Bukanya mengantarkan, satpam tersebut malahan menjelaskan dengan bertele-tele.

'Jadi ni. kekiri, perempatan belok kanan, pertigaan kiri, mutar dan.....'.

Sebelum berkahirnya penjelasan dari satpam yang gak jelas tersebut. Gue langsung menudahkan pembicaraan.

'Makasih ya pak', sembari meninggalkan satpam tersebut.

Kami meninggalkan satpam tersebut dan mencari sendiri dimana tempat kami menginap.

Keadaan sekitar begitu gelap. Sedikitnya penerangan yang ada dan ditambah sepinya jalan.
Membuat perjalanan mengelilingi UNS menjadi sedikit menyeramkan.

Namun karena malam semakin larut. Tidak ada pilihan lain bagi kami selain terus mencari dimana keberadaan penginapan yang akan kami tempati nantinya.
Terus berjalan mengelilingi universitas yang cukup lumayan luas.
Tiba-tiba saja kami melihat kelompok mahasiswa beramai-ramai sedang berkumpul.
Karena kelelahan dan mulai pesimis tidak akan menemukan di mana asrama tersebut.
Kami pun menghampiri segerombolan mahasiswa yang sedang berkumpul tersebut.

'malam mas', kata salah teman gue.
'iya kenapa? ada yang bisa saya bantu.
Gue rasa, mereka menganggap kami anak genduruwo yang kesasar di tengah universitas. Shitt.

Beberapa menit ngmong panjang lebar dengan mereka. Kami mengetahui bahwasanya mereka adalah para panitia dalam kontes robot besok. Mereka sedang bergotong royong membuat track lintasan yang cukup panjang untuk besok harinya. Gue heran, kenapa lintasan sepanjang itu baru mereka kerjakan satu malam.

Tidak ingin berlarut-larut, kami pun menjelaskan maksud tujuan kami disana.
Ekpresi yang gue tangkap dari wajah mereka saat itu adalah 'kaget'.
Ya wajar aja, kami satu-satunya peserta yang datang larut malam dan yang paling akhir.
Karena mereka suah merasa kasihan melihat kami.
Mereka pun langsung menyiapkan 4 motor beserta sopirnya untuk mengantar kami ke tempat penginapan.
Kami dilakukan layaknya seorang raja.
Waktu itu juga gue sepakat dengan istilah Tamu adalah Raja.

Di motor gue berbincang-bincang dengan sopir (panitia yang mengantar kan gue).
'Mas kok antarnya harus pake motor?', tanya gue membuka pembicaraan.
'Iya mas, soalnya penginapanya jauh.'
'Fuck', gumam gue dalam hati. Jadi kesimpulanya kami dibohongin sama satpam sok atu itu.
Tetapi ada hikmahnya juga, Kami bisa bertemu para panitia yang kemudian menghantarkan kami ke tempat tujuan.

Dengan rute jalan yang licin dikarenakan hujan yang mengguyur kota Solo.
Motor yang gue naiki sempat beberapa kali terpeleset. Tapi untung aja gak sempat jatuh.
Sopir gue sudah mahir sama kendaraan dan lintasan perjalananya.

10 menit perjalanan, akhirnya kami tiba di tempat tujuan.
Sebuah bangunan 4 tinggkat dan terdiri dari hampir 100 kamar terbentang di depan mata gue.
Disana kami langsung disambut oleh panitia lainya yang sedang bertugas.
Kami masih terus dikawal.
Seorang panitia mengantarkan kami ke tempat pristirahatan.
Kami mendapat kamar di lantai 3.
Setiap kamarnya harus diisi oleh 2 orang,layaknya seorang suami istri.
Karena gue satu tim dengan Adi. kami pun memutuskan untuk sekamar.
Dikarenakan mata yang sudah semakin berat, gue pun gtidak membuang-buang waktu lagi.
Gue langsung merebahkan tubuh gue diatas tempat tidur.
Gue gak tau apa yang akan Adi lakukan setelah gue tidur.

To be continued

Tidak ada komentar:

Posting Komentar